Petugas Gabungan Polres Bantul, TNI, SAR FPRB, Dinas
Kesehatan dan masyarakat menggelar simulasi gempa dan tsunami di Lapangan
Srigading, Sanden, Bantul, Yogyakarta, Sabtu, 31 November 2013. Kegiatan
tersebut untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh pihak yang tinggal di kawasan
pesisir pantai selatan Yogyakarta yang rawan bencana gempa serta tsunami yang
mana pernah terjadi gempa 5,9 SR tahun 2006 dan menewaskan sekitar 6.000 jiwa.
Ratusan warga Bantul terkena goncangan gempa berskala 8,1
Skala Richter (SR) dan tsunami sejauh 2 kilometer. Akibat gempa berskala besar
tercatat 81 orang meninggal dan sekitar 200 orang luka parah dan ringan. Selain
itu ada sekitar 3.000 warga sembilan dusun terpaksa mengungsi di tenda-tenda
posko bencana yang dirikan di Lapangan Kecamatan Srigading Sanden Bantul.
Kondisi ini terekam pada saat simulasi akbar gempa dan
tsunami yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul
dan instansi terkait.
Bupati Bantul, Hj Sri Surya Widati menuturkan kegiatan
ini merupakan latihan rutin bagi masyarakat. Simulasi dilakukan lantaran Bantul
merupakan kawasan rawan bencana. Dengan asumsi gempa berkekuatan 8,1 SR maka
potensi tsunami akan terjadi dengan kedalaman 20 kilometer dan menimbulkan
gelombang pasang sejauh 2 kilometer.
"Harapannya masyarakat paham dan siap jika
sewaktu-waktu ada gempa. Meskipun kami tidak berharap gempa terulang kembali.
Saya melihat simulasi ini sangat merinding. Kondisi ini mengingatkan saya pada
tahun 2006 silam dimana kondisi gelap, hujan, air kotor dan pengungsi
dimana-mana," ujar Bupati.
Kepala BPBD Bantul, Drs Dwi Daryanto, MSi menambahkan
dalam simulasi ini terdapat korban meninggal di sembilan dusun masing-masing
sembilan orang meninggal. Selain itu 100 orang luka parah dan 100 orang luka ringan.
Gempa dan tsunami juga mengakibatkan rumah-rumah penduduk roboh dengan jumlah
sekitar 1.200 rumah rusak.
Di posko pengungsian, nampak ratusan warga berhamburan
berlari-lari menuju posko pengungsian yang sudah didirikan tenda raksasa, rumah
sakit darurat dan pos koordinasi. Mereka berlari pontang-panting sambil
berteriak dan sebagian ada yang berdarah-darah di tubuhnya. Salah satu warga
yang diskenario tengah hamil tua, Eni Marlina (30) warga Sanden akibat shock mendadak
menyebabkan ia justru akan melahirkan dalam kondisi gempa tersebut. Dengan
penuh kesigapan, tim penanganan segera mengevakuasi dan melarikan ke RSUD
Panembahan Senopati.
Posting Komentar