Beberapa
media telah mengekspose kegiatan para tokoh partai yang saling bertemu dan
berkunjung pasca pemungutan suara. Hal ini dilakukan untuk melakukan lobi-lobi
politik dalam rangka mengusung Presiden dan wakil presiden dalam Pilpres yang
Akan datang. Disamping itu lembaga survei juga telah melakukan polling tentang
alternatif pasangan Presiden dan wakil presiden yang memiliki peluang besar
untuk memenangkan suara rakyat pada Pilpres yang Akan datang. Semua itu dapat
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam menentukan pilihannya.
Namun
demikian, masa lobi politik ini menyimpan berbagai kerawanan apabila masyarakat
salah dalam menyikapinya.
Keberadaan
partai politik dengan idealisme masing-masing, didukung oleh simpatisan yang
fanatik, tentu menjadi faktor korelatif kriminogen yang sewaktu-waktu dapat
terjadi gesekan dan menjadi ancaman faktual. Dalam rangka mencapai tujuannya,
masing–masing kelompok akan berusaha mencari dukungan yang sebesar–besarnya.
Cara–cara yang konfrontatif serta adanya pemaksaan kehendak terhadap orang lain
dalam mencari dukungan tentu dapat menjadi pemicu terjadinya konflik. Apalagi
dibumbui dengan upaya–upaya melalui media online yang saling menampilkan
kekurangan lawan politiknya atau biasa disebut juga dengan black campaign.
Kita
semua sepakat bahwa visi dan misi politik boleh berbeda, namun kerukunan,
kekompakan dan perdamaian harus yang paling utama. Semoga rukun dan damai bukan
hanya slogan yang tertulis di Baliho atau Iklan-Iklan, namun dapat kita
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan saat ini (menjelang Pilpres) adalah
waktu yang tepat untuk mewujudkannya.
Posting Komentar