Sejenak kita
menengok ke negara Jepang, sebuah negara industri maju di Asia Timur dan
menjadi kiblat beberapa negara berkembang. Kemajuan yang dicapai oleh
masyarakat Jepang adalah karena etos kerja warganya dan budaya tertib terhadap
semua aturan. Apabila kita melihat secara langsung kehidupan masyarkat Jepang
dalam kehidupan sehari – hari, ketaatan pada aturan seolah – olah menjadi
“agama” mereka. Anak – anak, remaja, dewasa dan orang tua sekalipun selalu
serius terhadap berbagai aturan yang ada dilingkungannya. Mulai dari tempat
untuk membuang sampah, tempat untuk para perokok, parkir kendaraan, rambu –
rambu lalu lintas dan banyak lagi aturan yang telah menjadi satu dengan denyut
kehidupan masyarakat Jepang.
Penduduk di
Tokyo, ibu kota Jepang, lebih padat dibandingkan Jakarta. Jumlah kendaraan dan
mobilitas masyarakatnya juga hampir sama dengan Jakarta. Ketersediaan fasilitas
transportasi publik dan sistem tata kota yang efektif, telah memanjakan
masyarakat Jepang untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi. Setiap hari kerja
kita akan melihat pemandangan warga Jepang yang pergi ke tempat kerja dengan
langkah yang cepat dan dengan berjalan kaki.
Sebuah
pemandangan yang indah ketika puluhan para pejalan berhenti disalah satu sudut
perempatan jalan sambil menunggu lampu hijau para pejalan kaki boleh
menyeberang jalan. Tidak ada satupun tampak mendahului menyeberang sebelum
lampu hijau menyala. Di kota kecil sekalipun yang jumlah kendaraan bermotornya
relatif sedikit, ketika lampu merah menyala, walaupun situasi sepi dan tidak
ada kendraan lain, sebuah mobil akan tetap berhenti sesuai dengan isyarat lampu
lalu lintas yang ada. Kejadian ‘terlalu taat’ ini juga dijumpai ketika ada
jalanan kecil yang hanya kalau dikira-kira hanya muat untuk satu mobil. Hanya
dengan jarak tidak lebih dari dua meter, orang Jepang tersebut dengan setianya
berdiri menunggu lampu berubah menjadi hijau. Barulah kemudian dia menyebrang.
Padahal jika Anda tahu, kondisi jalanan saat itu adalah super sepi tanpa ada
suara derum mobil bahkan dari jauh sekalipun.
Kondisi ini
tentu berbeda dengan situasi lalu lintas kota – kota besar di Indonesia, di
Jakarta misalnya. Sering kita melihat bagaimana sebuah sepeda motor atau mobil
yang terburu – buru melewati garis batas berhenti dan berupaya mendahulu
menjalankan kendaraannya ketika lampu lalu lintas belum berwarna hijau.
Satu
pelajaran penting dari masyarakat Jepang adalah bahwa ketaatan masyarakat
Jepang pada peraturan lalu-lintas tidak tercipta karena adanya petugas yang
mengawasi, namun lebih kepada kesadaran akan keselamatan seluruh pengguna
jalan.(alf/Divhumaspolri)
Posting Komentar