Apabila kita
mencermati pemberitaan di media baik cetak maupun elektronik, informasi tentang
kekerasan selalu saja menjadi topik yang menarik untuk di ekspose. Sehingga
muncul sebuah ungkapan “tidak hari tanpa kekerasan”.
Beberapa
hari ini terdapat beberapa berita kekerasan yang muncul di media seperti
pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok supir angkot terhadap satpam salah
satu sekolah di Tangerang Selatan karena supir angkot tersebut tidak senang
dengan cara satpam sekolah mengatur lalu lintas di depan sekolah.
Di kampung
Ngamprah, Bandung barat telah ditemukan mayat wanita muda disebuah ladang
diduga korban kekerasan yang didahului dengan perkosaan. Demikian pula dengan
peristiwa yang terjadi di Jogja, seorang janda ditemukan meninggal dunia
dirumahnya, diduga korban kekerasan oleh orang tidak dikenal. Peristiwa
kekerasan tersebut diberitakan dalam sebuah program berita oleh salah satu
stasiun televisi swasta.
Kata
‘kekerasan’ menjadi salah satu kata yang lazim dipergunakan untuk menjelaskan
beberapa persoalan yang terkait dengan perlakuan atau tindakan yang dipandang
tidak menyenangkan, tidak manusiawi, bertantangan dengan norma/nilai tertentu
atau hukum, atau sesuatu yang bertentangan dengan kehendak diri kita. Kata ini
kemudian mendapat predikat atau dikaitkan dengan kata lain untuk menjelaskan
persoalan-persoalan perlakuan atau tindakan di atas pada konteks tertentu,
seperti kekerasan politik, kekerasan ekonomi, kekerasan budaya, kekerasan
struktural, kekerasan Negara, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap
perempuan, kekerasan terhadap anak, dan seterusnya. (
http://makaarim.wordpress.com/2012/07/18/memaknai-kekerasan/ )
Pemberitaan
terhadap ketiga peristiwa tersebut seolah – olah menjadi sesuatu yang biasa
terdengar oleh telinga kita, karena setiap hari selalu saja muncul dalam
pemberitaan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Fenomena kekerasan
ini tentu mengusik ketenangan kita semua dan mungkin menimbulkan sebuah
pertanyaan, mengapa harus berakhir dengan kekerasan dan korban jiwa? Mengapa
masyakat Indonesia telah mengalami evolusi sikap dan perilaku, yang awalnya
dikenal dengan bangsa yang santun, ramah, telah berubah menjadi warga yang
sadis dan tidak berprikemanusiaan. Pemberitaan yang muncul secara bergantian
oleh berbagai stasiun televisi dengan topik kekerasan dapat saja menjadi media
pembelajaran bagi kita semua untuk mencegah dan menghindari peristiwa yang
sama, yaitu terhindar baik sebagai pelaku kekerasan maupun sebagai korban.
Posting Komentar