Telah dilaksanakan upacara bendera peringati hari
sumpah pemuda ke 87 di halaman Kecamatan Pajangan bertemakan “Revolusi Mental
Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi”.
Camat Pajangan Dra. Sri Kayatun bertindak sebagai
Pembina upacara dihadiri Kepala UPT PPD Pajangan Edy Susanto, Kepala KUA
Pajangan Asrori, Lurah Guwosari H. Muh. Suharto, Lurah Desa Sendansgari Muh.
Irwan Susanto, Kepala Bank BPD DIY KK Pajangan Drs. Ipan Sumadji, Kepala
Sekolah SMPN 1 Pajangan Murjito, S.Pd, Sekdes Triwidadi Bpk. Beja, Kanit
Sabhara Ipda Suhirno, Koramil Peltu Rasula AS dan Karutan Bantul Fx. Agus
Subagya, SH.
Pasukan upacara terdiri dari Perangkat Kecamatan dan
Pamong Desa, Kepala Dukuh, Linmas, Guru-guru, Pelajar SMP, SMA dan SMK di Kec.
Pajangan sejumlah 300 orang.
Kali ini bertindak sebagai Pengibar Bendera Merah
Putih SMAN 1 Pajangan dan paduan suara dari SMPN 1 Pajangan. Camat Pajangan
Dra. Sri Kayatun bertindak sebagai Pembina upacara, Perwira upacara Kepala UPT
PPD Pajangan Edy Susanto dan pembaca UUD 1945 dan ikrar Sumpah Pemuda dari
Siswi SMAN 1 Pajangan.
Camat Pajangan dalam kesempatan tersebut membacakan
amanat dari Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) Imam Nahrawi. Dalam amanat Menpora
menyampaikan Tema “Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu
Untuk Bumi” didasari atas keprihatinan yang mendalam terhadap dua hal.
Pertama, hari ini kita disuguhi fenomena baru tentang
berubahnya pola relasi kemasyarakatan kita akibat arus modernisasi dan kemajuan
teknologi informasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat pisau
bermata dua. Satu sisi ia memberikan jaminan kecepatan informasi sehingga
memungkinkan para pemuda kita untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan
skill. Namun, pada sisi yang lain membawa dampak negatif. Informasi-informasi
yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas hingga
radikalisme dan terorisme juga masuk dengan mudahnya tanpa dapat kita bendung
dengan baik. Lahir generasi baru yang memiliki pola pikir serba cepat, serba
instan, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik. Kasus-kasus
kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita. Setelah
ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media. Sosial
media, telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas
negara, lintas budaya, lintas agama. Interaksi mereka di sosial media berjalan
real time 24 jam. Tidak mudah bagi orang tua, guru, lembaga pendidikan termasuk
negara untuk dapat mengontrolnya.
Melalui gerakan Revolusi Mental, kita berharap para
pemuda Indonesia memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan
terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung
dari kehadiran orang tua maupun negara di sampingnya. Sudah bukan eranya lagi
pemuda diawasi, dikekang apalagi diintimidasi. Saatnya kita memberikan
pendampingan, fasilitasi dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki.
Keprihatinan kedua adalah terkait fenomena pengelolaan
Sumber Daya Alam kita yang belum sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan
atau suistanability development. Sebagai negara tropis, Indonesia menjadi tumpuan
dunia untuk menjaga keseimbangan iklim melalui pasokan oksigennya. Namun, hari
ini justru kita menjadi negara yang menyumbang polusi terbesar di kawasan Asia
Tenggara melalui kabut asap. Kita sendiri sudah merasakan dampaknya cukup lama.
Dampak kesehatan adalah yang paling nyata. Selanjutnya, dampak perekonomian
akibat sistem transportasi yang tidak bisa berjalan dengan baik.
Kita semua patut mengapresiasi dan meneladani
langkah-langkah yang telah diambil oleh Presiden RI, Joko Widodo dalam
menang-gulangi musibah kabut asap. Beliau memimpin langsung penanggulangan
bencana kabut asap sampai turun sendiri ke titik api di sejumlah wilayah.
Sungguh, tindakan seorang pemimpin yang patut kita banggakan dan kita teladani.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini, saya menggugah semangat kepeloporan
pemuda untuk ambil bagian dalam penanggulangan musibah kabut asap khususnya dan
juga gerakan menjaga keseimbangan iklim melalui pengelolaan Sumber Daya Alam
yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
Salah satu ikrar penting dalam Sumpah Pemuda 1928
adalah “satu tanah air, tanah air Indonesia”. Poin ini memberikan tekanan yang
sangat kuat kepada para pemuda akan pentingnya menjaga tanah dan air sebagai
bagian penting dari komponen bumi yang kita pijak ini demi keberlangsungan masa
depan generasi penerus kita.
Oleh karena itulah pada kesempatan ini, dengan tema
Sumpah Pemuda satu bumi saya mengajak Pemuda Indonesia menjadi khalifah fil ard
(pemimpin bumi) yang baik, adil dan bertanggung jawab. Hanya dengan menjaga dan
merawatnya kita bisa menjaga keberlangsungan bumi hingga masa yang akan datang
seiring dengan pembangunan peradaban kita.
Kita harus mempersiapkan strategi menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka pemuda Indonesia berpeluang besar
menguasai pasar ASEAN.
Melalui Revolusi Mental Pemuda kita berharap lahir
generasi muda Indonesia yang tangguh, berkarakter, mandiri dan rela berjuang
untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Rela berkorban menanggalkan ego
sukunya, ego agamanya, ego kedaerahannya, ego kelompoknya dan ego pribadinya
demi kepentingan yang lebih besar yaitu Indonesia, seperti yang pernah
dilakukan oleh para pemuda pendahulu kita. Inilah tanah air kita, inilah bumi
kita, inilah masa depan kita.
Hingga berakhirnya pelaksanaan upacara bendera
memperingati hari Sumpah Pemuda ke 87 Tahun 2015 di Kec. Pajangan pada jam
09.00 WIB situasi dalam keadaan aman kondusif. (Sihumas Polsek Pajangan)
Posting Komentar