BELAJAR DARI KASUS KECELAKAAN YANG DIALAMI OLEH DUL

Jumat, 13 September 20130 komentar



Kasus  Dul,  putra musisi terkenal,  anak masih berusia 13 tahun, telah diberi izin mengendarai mobil sendiri dan ternyata mengalami kecelakaan, menabrak mobil lain di jalan hingga menewaskan beberapa orang sekaligus  adalah merupakan pelajaran penting bagi orang tua agar tidak mencintai anak secara berlebihan.

Aturan  berlalu lintas sudah amat jelas dan dipahami oleh semua orang, bahwa pengendara kendaraan bermotor harus melengkapi dirinya dengan SIM atau Surat Izin mengemudi. Izin mengemudi itu baru akan diberikan oleh pihak kepolisian tatkala seseorang telah diuji kemampuannya dan yang bersangkutan telah  memasuki umur tertentu. Dul, oleh karena umurnya baru 13 tahun,  maka  jelas belum memenuhi persyaratan  itu. Menyerahkan mobil dan apalagi mengizinkan untuk mengendarainya sendiri kepada anak yang belum memenuhi syarat umur tentu merupakan tindakan keliru.

Kita lihat di jalan-jalan, tidak saja di kota tetapi juga di pedesaan, anak-anak di bawah umur ternyata telah dipercaya oleh orang tuanya ke sekolah dengan  mengendarai sepeda motor dan bahkan juga mobil. Padahal, mereka belum tentu telah memiliki SIM.

Perlakukan orang tua terhadap anak seperti itu sebenarnya merupakan bentuk kecintaan  yang berlebihan. Lewat keluarga anak-anak semestinya dilatih untuk taat kepada peraturan, berdisiplin, menghormati orang tua, menjalani hidup hemat, dan seterusnya. Akan tetapi oleh karena orang tuanya dalam keadaan berada, maka tidak sedikit yang memanjakan anak-anaknya. Nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan  pada jiwa anak sejak dini ternyata diabaikan oleh orang tuanya sendiri.  Sebagai misal, anak belum cukup umur  sudah diijinkan oleh orang tuanya sendiri mengendarai sepeda motor atau  mobil.  Polisi melarang, tetapi justru orang tuanya sendiri membebaskannya.

Anak-anak pada zaman sekarang memang semakin miskin pendidikan tentang cara hidup yang benar. Kita lihat saja, mulai dari bangun tidur, pergi ke sekolah, menyelesaikan tugas-tugas, menunaikan kewajiban dan bertanggung jawab,  bahkan dalam bergaul, mereka menentukan dan memilih  sendiri secara bebas.

Demikian pula,  ketika pergi ke sekolah, anak-anak harus diantar dan juga dijemput. Kegiatan mengantar dan menjemput anak-anak bukan saja ketika mereka itu masih di PAUD atau di TK, tetapi  hingga sampai menjadi siswa SMP dan bahkan SMA. Kebiasaan seperti itu kadang melahirkan pandangan aneh.

Seorang  PNS dan karyawan harus membolos, meninggalkan pekerjaan,  ke luar kantor,  dengan alasan menjemput anaknya pulang dari sekolah. Padahal,  anak yang dimaksudkan itu sudah duduk di SMP. Kekhawatiran dan atau kecintaan orang tua yang berlebihan itu,  sebenarnya justru menghambat pertumbuhan jiwa anak yang bersangkutan. Mereka dimanja dan bahkan tidak diajari tentang keberanian, bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan seterusnya.

Orang tua berperan mengarahkan, memberi nasehat, dan bahkan juga menghukum manakala anak-anak melakukan kesalahan. Anak juga dianggap sebagai cermin atau simbol keandalan orang tua. Sebagai orang tua, mereka akan merasa malu tatkala anaknya melakukan kesalahan yang diketahui oleh masyarakat. Bukan sebaliknya,  seperti sekarang ini, orang tuanya tidak merasa salah tatkala anaknya melakukan penyimpangan.

Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa, kejayaan hanya akan diraih oleh manusia-manusia cerdas, kuat, ulet, jujur, dan pekerja keras. Manusia seperti itu akan lahir dari pendidikan yang dijalankan secara benar. Kasih sayang kepada anak-anak adalah seharusnya diberikan oleh orang tua. Akan tetapi, kasih sayang itu  harus diekpresikan secara tepat. Memanjakan kepada anak, dan bahkan  secara  berlebih-lebihan, sebenarnya justru akan membunuh  masa depannya.  Semua itu biasanya dilakukan, oleh karena,  orang tua terlalu mencintai anak secara berlebihan. Semoga bermanfaat.

Share this article :

Posting Komentar

 
Link : Humas Polri | Humas Polda DIY | Humas Polres Bantul
Copyright © 2011. Humas Polres Bantul - All Rights Reserved
Operator Blogspot : Aiptu Agus Suryanto Published by Humas Polres Bantul
Proudly powered by Blogger