BERKACA PADA KETAATAN MASYARAKAT JEPANG

Sabtu, 20 September 20140 komentar



Sejenak kita menengok ke negara Jepang, sebuah negara industri maju di Asia Timur dan menjadi kiblat beberapa negara berkembang. Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Jepang adalah karena etos kerja warganya dan budaya tertib terhadap semua aturan. Apabila kita melihat secara langsung kehidupan masyarkat Jepang dalam kehidupan sehari – hari, ketaatan pada aturan seolah – olah menjadi “agama” mereka. Anak – anak, remaja, dewasa dan orang tua sekalipun selalu serius terhadap berbagai aturan yang ada dilingkungannya. Mulai dari tempat untuk membuang sampah, tempat untuk para perokok, parkir kendaraan, rambu – rambu lalu lintas dan banyak lagi aturan yang telah menjadi satu dengan denyut kehidupan masyarakat Jepang.

Penduduk di Tokyo, ibu kota Jepang, lebih padat dibandingkan Jakarta. Jumlah kendaraan dan mobilitas masyarakatnya juga hampir sama dengan Jakarta. Ketersediaan fasilitas transportasi publik dan sistem tata kota yang efektif, telah memanjakan masyarakat Jepang untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi. Setiap hari kerja kita akan melihat pemandangan warga Jepang yang pergi ke tempat kerja dengan langkah yang cepat dan dengan berjalan kaki.

Sebuah pemandangan yang indah ketika puluhan para pejalan berhenti disalah satu sudut perempatan jalan sambil menunggu lampu hijau para pejalan kaki boleh menyeberang jalan. Tidak ada satupun tampak mendahului menyeberang sebelum lampu hijau menyala. Di kota kecil sekalipun yang jumlah kendaraan bermotornya relatif sedikit, ketika lampu merah menyala, walaupun situasi sepi dan tidak ada kendraan lain, sebuah mobil akan tetap berhenti sesuai dengan isyarat lampu lalu lintas yang ada. Kejadian ‘terlalu taat’ ini juga dijumpai ketika ada jalanan kecil yang hanya kalau dikira-kira hanya muat untuk satu mobil. Hanya dengan jarak tidak lebih dari dua meter, orang Jepang tersebut dengan setianya berdiri menunggu lampu berubah menjadi hijau. Barulah kemudian dia menyebrang. Padahal jika Anda tahu, kondisi jalanan saat itu adalah super sepi tanpa ada suara derum mobil bahkan dari jauh sekalipun.

Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi lalu lintas kota – kota besar di Indonesia, di Jakarta misalnya. Sering kita melihat bagaimana sebuah sepeda motor atau mobil yang terburu – buru melewati garis batas berhenti dan berupaya mendahulu menjalankan kendaraannya ketika lampu lalu lintas belum berwarna hijau.
Satu pelajaran penting dari masyarakat Jepang adalah bahwa ketaatan masyarakat Jepang pada peraturan lalu-lintas tidak tercipta karena adanya petugas yang mengawasi, namun lebih kepada kesadaran akan keselamatan seluruh pengguna jalan.(alf/Divhumaspolri)

Share this article :

Posting Komentar

 
Link : Humas Polri | Humas Polda DIY | Humas Polres Bantul
Copyright © 2011. Humas Polres Bantul - All Rights Reserved
Operator Blogspot : Aiptu Agus Suryanto Published by Humas Polres Bantul
Proudly powered by Blogger