Kita semua,
sebagai warga negara Indonesia berharap bahwa Pemilu Presiden yang akan
diselenggarakan pada tanggal 9 Juli 2014 berakhir dengan “happy ending”.
Artinya siapapun pemenangnya adalah kemenangan dan kebahagiaan milik seluruh
bangsa Indonesia. Sebagaimana pemilu yang telah diselenggarakan di beberapa
negara dibelahan dunia yang berakhir dengan konflik dan cenderung destruktif,
tentu menghapuskan segala jerih payah dan upaya pembangunan yang telah
diperbuat oleh negaranya.
Keberadaan
tim sukses masing – masing Capres ditambah dengan adanya aksi para relawan yang
mendeklarasikan dirinya sebagai pendukung salah satu Capres menjadi pusat
perhatian kita bersama, karena peran mereka sangat penting dalam pemenangan
Pilpres yang akan diselenggarakan pada tanggal 9 Juli 2014. Tugas pokok para
Tim sukses hanya satu, yaitu kemenangan bagi Capres yang didukungnya. Kondisi
ini akan meningkatkan panasnya suhu persaingan antar kubu yang berbeda,
sehingga hal ini tentu dapat menjadi potensi konflik soisal, apalagi berkembang
menjadi konflik yang bernuansi kekerasan. Artinya, para tim sukses memiliki
peran sentral dalam meredam terjadinya konflik tersebut.
Duane
Ruth-Heffelbower, dalam Sociopedia menjelaskan bahwa konflik sosial adalah
kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan
‘posisi’ yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan/atau tindakan salah satu
pihak menghalangi, mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain
kurang berhasil. Menurut teori fungsionalis-struktural, untuk meredam konfik
dan menjegah terjadinya konflik yang bernuansa kekerasan, salah satu caranya
adalah menumbuhkan konsensus mengenai nilai-nilai sosial fundamental.
Posting Komentar