Kasus Tolikara Papua yang menghiasi berbagai media
telah merambat ke daerah dengan terjadinya berbagai insiden kecil. Namun
masyarakat Bantul berusaha untuk menjaga kondisi lingkungan dengan menekankan
penguatan kearifan lokal. Selama ini hal tersebut menjadi aspek terpenting
menjaga kebersamaan ditengah masyarakat Indonesia yang beraneka ragam.
Hal tersebut dikemukakan Bupati Bantul Hj. Sri Surya Widati
pada pertemuan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda), Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB) yang dihadiri perwakilan semua tokoh agama, Rabu, 22 Juli 2015
malam di Rumah Dinas Bupati Bantul. Pada kesempatan tersebut juga hadir Wakil
Bupati Bantul Sumarno, Sekda Bantul Riyantono, Kapolres Bantul AKBP Dadiyo SIK,
Dandim Bantul Letkol (Kav) Tumadi.
Lebih lanjut dikatakan kasus di Tolikara jangan sampai
mempengaruhi masyarakat Bantul. Hal tersebut sebisa mungkin harus dicegah
dengan memperkuat kebersamaan di masyarakat.
“Kebersamaan yang sudah terbangun di Bantul harus
dijaga. Sikap toleransi harus selalu dipupuk dalam kehidupan sehari-hari,
jangan sampai hilang toleransi di Bantul,” tegasnya.
Sementara itu Ketua PCNU Bantul H Yasmuri MPdI
mengatakan, peran pimpinan umat merupakan kunci sehingga harus melakukan
pembinaan pada masing-masing umat dalam rangka menjaga kebersamaan di
masyarakat.
Sedangkan pemuka agama Katolik FX Juwaris mengajak semua
lapisan masyarakat untuk mengutamakan kearifan lokal di Bantul. “Saya kira
dengan kearifan lokal masyarakat Bantul tidak akan terpengaruh dengan yang
terjadi di luar sana (Tolikara. red),” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut Kapolres Bantul AKBP Dadiyo
SIK menjamin peristiwa Tolikara tidak akan terjadi di Bantul. Kapolres yakin
Bantul tetap kondusif, oleh sebab itu Kapolres mengajak semua pihak saling
menjaga, menghormati dan toleransi.
Posting Komentar