PERSONIL POLRES BANTUL AMANKAN TRADISI NGURAS ENCEH DI KOMPLEK MAKAM RAJA RAJA MATARAM DI PANJIMATAN IMOGORI

Sabtu, 23 November 20130 komentar



Kapolres Bantul AKBP Surawan, SIK menerjunkan personilnya untuk pengamanan giat tradisi nguras enceh di Kompleks Makam Raja Raja Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta di Imogiri, Jumat, 22 November 2013 pukul 08.00 Wib.

Ritual nguras Enceh adalah tradisi ritual tahunan tepatnya setiap hari Jumat Kliwon pada Bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Tradisi nguras Enceh berupa menguras, membersihkan, dan mengisi kembali air ke dalam empat gentong tua yang berada di depan pintu Kompleks Makam dengan makna membuang perbuatan jelek dan menggantinya dengan kebaikan.

Pengamanan dilaksanakan di jalan Imogiri, Terminal Imogiri dan lokasi komplek Makam. Di Komplek Makam pengaman dilaksanakan dengan mengatur antrian ribuan pengunjung yang berjubel jubelan memperebutkan Air Enceh dari empat gentong Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pengurasan enceh dilakukan oleh masing-masing juru kunci yaitu kasultanan Yokyakarta dipimpin oleh KRT Reksa Surya Asmara dan Kasunanan Surakarta dipimpin oleh KPH Harya Surya Negara.

Disamping mengatur antrian, petugas juga mengingatkan para pengunjung dengan menggunakan pengeras suara agar berhati hati karena pencopet berkeliaran menggunakan kesempatanya untuk melaksanakan aksi jahatnya.

Sebelum prosesi ‘nguras enceh’ dimulai, abdi dalem kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta mengelar tahlilan di Bangsal Supit Urang. Setelah tahlilan yang dipimpin Raden Jogo Sudomo selesai kemudian dilaksanakan prosesi nguras enceh. Dari prosesi itu, abdi dalem Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta mengambil air untuk diberikan kepada ribuan orang yang berjubel di pelataran Kompleks Makam.

Tradisi ini merupakan peninggalan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Dijelaskan empat enceh atau Gentong tersebut berasal dari Palembang (dijuluki Nyai Danumurti), Aceh (Kyai Danumaya), Ngerum Istanbul Turki (Kyai Mendung) dan Siyem Thailand (Nyai Siyem). Konon keempat gentong tersebut merupakan bulubekti (hadiah) dari empat kerajaan yang dahulu membina hubungan dengan Mataram.

Diceritakan, pada waktu tersebut kerajaan tersebut hendak memberi hadiah emas perhiasan kepada Sang Sultan, namun Sultan Agung menolak dan hanya meminta empat buah genthong dari masing-masing kerajaan.

Keempat genthong tersebut dahulu dipakai Sultan Agung untuk mengambil wudhu. Ketika Sultan mangkat keempat gentong tersebut dibawa ke makam beliau.

Pengamanan giat tradisi nguras Enceh dilaksanakan hingga selesai kegiatan dan berakhir dalam keadaan aman dan tertib.

Share this article :

Posting Komentar

 
Link : Humas Polri | Humas Polda DIY | Humas Polres Bantul
Copyright © 2011. Humas Polres Bantul - All Rights Reserved
Operator Blogspot : Aiptu Agus Suryanto Published by Humas Polres Bantul
Proudly powered by Blogger