UPACARA HARI SUMPAH PEMUDA KE 87 DI KECAMATAN PAJANGAN

Kamis, 29 Oktober 20150 komentar



Telah dilaksanakan upacara bendera peringati hari sumpah pemuda ke 87 di halaman Kecamatan Pajangan bertemakan “Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi”.

Camat Pajangan Dra. Sri Kayatun bertindak sebagai Pembina upacara dihadiri Kepala UPT PPD Pajangan Edy Susanto, Kepala KUA Pajangan Asrori, Lurah Guwosari H. Muh. Suharto, Lurah Desa Sendansgari Muh. Irwan Susanto, Kepala Bank BPD DIY KK Pajangan Drs. Ipan Sumadji, Kepala Sekolah SMPN 1 Pajangan Murjito, S.Pd, Sekdes Triwidadi Bpk. Beja, Kanit Sabhara Ipda Suhirno, Koramil Peltu Rasula AS dan Karutan Bantul Fx. Agus Subagya, SH.

Pasukan upacara terdiri dari Perangkat Kecamatan dan Pamong Desa, Kepala Dukuh, Linmas, Guru-guru, Pelajar SMP, SMA dan SMK di Kec. Pajangan sejumlah 300 orang.

Kali ini bertindak sebagai Pengibar Bendera Merah Putih SMAN 1 Pajangan dan paduan suara dari SMPN 1 Pajangan. Camat Pajangan Dra. Sri Kayatun bertindak sebagai Pembina upacara, Perwira upacara Kepala UPT PPD Pajangan Edy Susanto dan pembaca UUD 1945 dan ikrar Sumpah Pemuda dari Siswi SMAN 1 Pajangan.

Camat Pajangan dalam kesempatan tersebut membacakan amanat dari Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) Imam Nahrawi. Dalam amanat Menpora menyampaikan Tema “Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi” didasari atas keprihatinan yang mendalam terhadap dua hal.

Pertama, hari ini kita disuguhi fenomena baru tentang berubahnya pola relasi kemasyarakatan kita akibat arus modernisasi dan kemajuan teknologi informasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Satu sisi ia memberikan jaminan kecepatan informasi sehingga memungkinkan para pemuda kita untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan skill. Namun, pada sisi yang lain membawa dampak negatif. Informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas hingga radikalisme dan terorisme juga masuk dengan mudahnya tanpa dapat kita bendung dengan baik. Lahir generasi baru yang memiliki pola pikir serba cepat, serba instan, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik. Kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita. Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media. Sosial media, telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, lintas agama. Interaksi mereka di sosial media berjalan real time 24 jam. Tidak mudah bagi orang tua, guru, lembaga pendidikan termasuk negara untuk dapat mengontrolnya.

Melalui gerakan Revolusi Mental, kita berharap para pemuda Indonesia memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung dari kehadiran orang tua maupun negara di sampingnya. Sudah bukan eranya lagi pemuda diawasi, dikekang apalagi diintimidasi. Saatnya kita memberikan pendampingan, fasilitasi dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Keprihatinan kedua adalah terkait fenomena pengelolaan Sumber Daya Alam kita yang belum sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan atau suistanability development. Sebagai negara tropis, Indonesia menjadi tumpuan dunia untuk menjaga keseimbangan iklim melalui pasokan oksigennya. Namun, hari ini justru kita menjadi negara yang menyumbang polusi terbesar di kawasan Asia Tenggara melalui kabut asap. Kita sendiri sudah merasakan dampaknya cukup lama. Dampak kesehatan adalah yang paling nyata. Selanjutnya, dampak perekonomian akibat sistem transportasi yang tidak bisa berjalan dengan baik.

Kita semua patut mengapresiasi dan meneladani langkah-langkah yang telah diambil oleh Presiden RI, Joko Widodo dalam menang-gulangi musibah kabut asap. Beliau memimpin langsung penanggulangan bencana kabut asap sampai turun sendiri ke titik api di sejumlah wilayah. Sungguh, tindakan seorang pemimpin yang patut kita banggakan dan kita teladani. Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini, saya menggugah semangat kepeloporan pemuda untuk ambil bagian dalam penanggulangan musibah kabut asap khususnya dan juga gerakan menjaga keseimbangan iklim melalui pengelolaan Sumber Daya Alam yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.

Salah satu ikrar penting dalam Sumpah Pemuda 1928 adalah “satu tanah air, tanah air Indonesia”. Poin ini memberikan tekanan yang sangat kuat kepada para pemuda akan pentingnya menjaga tanah dan air sebagai bagian penting dari komponen bumi yang kita pijak ini demi keberlangsungan masa depan generasi penerus kita.

Oleh karena itulah pada kesempatan ini, dengan tema Sumpah Pemuda satu bumi saya mengajak Pemuda Indonesia menjadi khalifah fil ard (pemimpin bumi) yang baik, adil dan bertanggung jawab. Hanya dengan menjaga dan merawatnya kita bisa menjaga keberlangsungan bumi hingga masa yang akan datang seiring dengan pembangunan peradaban kita.

Kita harus mempersiapkan strategi menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka pemuda Indonesia berpeluang besar menguasai pasar ASEAN.

Melalui Revolusi Mental Pemuda kita berharap lahir generasi muda Indonesia yang tangguh, berkarakter, mandiri dan rela berjuang untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Rela berkorban menanggalkan ego sukunya, ego agamanya, ego kedaerahannya, ego kelompoknya dan ego pribadinya demi kepentingan yang lebih besar yaitu Indonesia, seperti yang pernah dilakukan oleh para pemuda pendahulu kita. Inilah tanah air kita, inilah bumi kita, inilah masa depan kita.

Hingga berakhirnya pelaksanaan upacara bendera memperingati hari Sumpah Pemuda ke 87 Tahun 2015 di Kec. Pajangan pada jam 09.00 WIB situasi dalam keadaan aman kondusif. (Sihumas Polsek Pajangan)

Share this article :

Posting Komentar

 
Link : Humas Polri | Humas Polda DIY | Humas Polres Bantul
Copyright © 2011. Humas Polres Bantul - All Rights Reserved
Operator Blogspot : Aiptu Agus Suryanto Published by Humas Polres Bantul
Proudly powered by Blogger