Seperti
halnya dengan organisasi ataupun institusil lain yang ada di Indonesia, Polri
juga mengalami pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa. Setiap masa,
Polri berupaya penuh untuk membangun dirinya menjadi organisasi yang lengkap.
Termasuk dari aspek personel Polri, anggota polisi tidak hanya terbatas pada
kaum pria saja. Polri juga merekrut anggotanya dari kaum wanita.
Sejarah Polisi
Wanita (Polwan), berawal dari sebuah tempat, yakni Bukittinggi, Sumatera Barat.
Kala itu, pemerintah Indonesia tengah berjuang menghadapi agresi militer II
Belanda. Adanya serangan itu menimbulkan adanya arus pengungsian. Untuk
menghindari adanya penyusup yang memasuki wilayah RI, dilakukan penggeledahan.
Banyak pengungsi wanita yang menolak digeledah oleh polisi pria yang ada saat
itu. Beberapa pihak juga menuntut agar tahanan wanita yang ada kala itu tidak
lagi digeledah oleh polisi pria. Dari permasalahan-permasalahan inilah
pemerintah segera menunjuk Sekolah Polisi Negara di Bukittinggi untuk mulai
merekrut polisi wanita.
Awal
keikutsertaan wanita dalam pendidikan Kepolisian dimulai sejak enam orang
wanita, yaitu Dahniar, Yosmaniar, Mariana, Rosmalina, Nelly Pauna, dan Rosnalia
masuk ke sekolah pendidikan inspektur Polisi yang dibuka oleh Cabang Jawatan
Kepolisian Negara di Bukittinggi pada bulan September 1948. Dari sinilah setiap
tanggal 1 September selalu diperingati sebagai Hari Polwan bagi seluruh Polwan
di NKRI. Dirgahayu Polwan ke 66, jayalah srikandi Indonesia!
Posting Komentar