Jumat, 06
Maret pukul 10.00 Wib, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY mengamankan
benda yang diduga cagar budaya berupa “Yoni” yang ditemukan warga di wilayah
Godekan Brajan, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Hadir dalam
penelitian awal ini kepala dusun Brajan Bapak Wiji Wiyono, perwakilan pamong
desa Tamantirto dan disaksikan oleh Bhabinkamtibmas Tamantirto Bripka Ari DP SH
dan warga sekitar 15 Orang.
“Jadi ini
dalam rangka pengamanan, (benda) kami selamatkan ke kantor dan nanti ada rapat
tim analisis untuk menentukan nilai pentingnya,” kata Staf Perlindungan BPCB
DIY, Antar Nugroho usai mengamankan benda tersebut.
Menurut dia,
benda yang ditemukan berupa “yoni” dengan ukuran 76 cm kali 69,5 cm tersebut
diduga berasal dari “prasasti yoni” zaman Mataram Hindu, namun pihaknya masih
belum dapat memastikan karena masih akan meneliti benda yang ditemukan warga
beberapa waktu lalu.
“(Diduga)
perwujudan dari dewa siwa, namun biasanya ‘yoni’ ditemukan posisinya lengkap
dengan ‘lingga’, namun ini ‘lingga’-nya sudah tidak ada, makanya kami analisis
ke kantor dulu,” katanya.
Ia
mengatakan, sejauh ini pihaknya masih memperkirakan bahwa benda diduga cagar
budaya tersebut bertransformasi dari tempat lain dan berhenti di sekitar
penemuan tersebut, karena lingga yang ada ukurannya tidak cocok dengan ‘yoni’
tersebut.
“Makanya ini
perlu penelitian lebih lanjut dan dianalisis, karena kalau hanya sebatas dan
sepotong segini kami tidak dapat bercerita lebih banyak lagi karena datanya
terbatas, sementara informasinya baru itu,” katanya.
Antar
mengatakan, sebelumnya pada sekitar tahun 2008 ditemukan arca atau patung Agastya
oleh warga ketika membuat sumur di sekitar penemuan ‘yoni’, dan juga
diperkirakan telah bertranformasi dari tempat lain dan berhenti di tempat
tersebut.
“Temuan saat
itu diperkirakan telah bertransformasi karena terbawa arus atau apa, kemudian
berhenti di sini, namun kalau ini (yoni) dari zaman Mataram Hindu,” katanya.
Namun
demikian, kata dia, meski telah ditemukan benda diduga cagar budaya tersebut,
pihaknya tidak akan melakukan ekskavasi di lokasi penemuan tersebut, karena di
sekitar lokasi akan digunakan untuk membangun fasilitas sekolah.
“Kami hanya
melakukan penggalian untuk mengecek area steril di bawahnya, cuma itu, karena
sudah untuk kepentingan sekolah. Jadi ini dalam rangka penyelamatan pengamanan
benda vagar budaya,” katanya. (Sihumas Sek Kasihan)
Posting Komentar